Kebetulan. Percayakah kalian akan hal ini ? Pernahkah
kalian mengalami suatu hal yang membuat kalian berpikir bahwa itu hanyalah
sebuah kebetulan semata ? Mari kita ambil suatu contoh.
Bayangkan ketika dirimu hendak liburan menuju suatu
tempat yang sudah sangat kamu idam-idamkan, namun ternyata satu hari sebelum
keberangkatan tiketmu hilang. Kemanapun kamu mencari, tiket itu tidak ada
dimanapun. Ketika kamu hendak memesan tiket lain, ternyata sudah tidak ada
tiket tersisa sehingga pupuslah harapanmu untuk pergi. Kamu sangat kecewa, dan
mengurung diri dikamar seharian. Namun tiba-tiba, Mamamu masuk dan dengan
tergesa mengabarkan bahwa ternyata pesawat yang seharusnya kamu tumpangi saat ini,
jatuh di lautan dan belum ada kabar sama sekali. Dan disaat itulah, kamu akan
sampai pada pemikiran, ‘untunglah tiketku hilang. Kebetulan sekali.’
Apakah kalian pernah mengalami hal-hal seperti itu,
mungkin dalam konteks yang lebih sederhana ? Nah, inilah mengapa aku menanyakan
hal tersebut, sebab aku sendiri pun sudah mengalami hal yang serupa, tentu
dalam konteks yang lebih sederhana daripada cerita diatas. Namun satu hal yang
kuyakini dan kupercayai, bahwa tidak ada satupun didunia ini yang terjadi karena
kebetulan semata. Mengapa ? Karena hidup tiap orang sudah direncanakan
oleh-Nya, bahkan sangat rinci dan detail, sehingga tentu dalam hidup kita ini
pun tidak ada yang kebetulan. Seperti yang sudah kukatakan diatas, aku
mengalami kejadian yang mampu menegaskan pendapatku. Dan beginilah ceritanya…
“Pulang dulu ya, Liv !” Sahutku sambil menyalakan
motorku.
Hari ini aku, Jemmy, Livi, Jojon dan Fanie memang
berkumpul di kafe milik Livi untuk membahas sesuatu. Sekitar dua jam kami
berkumpul, kini sudah tiba saatnya kami pulang. Jojon dan Fanie memang sudah
pulang terlebih dahulu, sehingga kini tinggal aku dan Jemmy yang tersisa.
Setelah berpamitan, aku dan Jemmy pun segera pulang. Namun ditengah jalan,
tiba-tiba terdengar suara yang belakangan ini terdengar dari motorku…
‘ctak’
Waduh ? Sebenarnya motor ini kenapa, ya ? Batinku
sambil terus berjalan karena kondisi jalan raya yang cukup padat. Karena
belakangan bunyi itu sering terdengar, namun tidak menimbulkan perubahan
apa-apa, akhirnya aku pun mengabaikan bunyi itu dan tetap berjalan. Namun tak
kusadari, bahwa yang kulakukan itu adalah sebuah kesalahan…
Tak lama berselang, terdengar suara lain yang agak
berbeda,
‘Rrrr rrrr’
Bersamaan dengan suara itu, motorku seakan berada
dalam gir netral alias tidak bisa dijalankan, padahal kondisi motorku pada saat
itu berada di gir dua. Waduh, sepertinya ada yang tidak beres dengan motor ini,
batinku panik. Refleks, langsung kutepikan motorku, diikuti oleh Jemmy yang
memang juga menyadari bahwa motorku tidak beres. Kumatikan motorku, dan
kuperiksa asal suara itu. Namun disaat itulah, keringat dingin menjalar
ditubuhku. Gawat, batinku.
Terlihatlah penyebab yang mengakibatkan motorku tetap
tak berjalan meskipun berada dalam gir dua. Ternyata, rantai motorku lepas !
“Rom, rantaimu lepas ya ?” Sahut Jemmy keheranan
sambil menunjuk rantai motorku yang memang tidak berada di tempat yang
semestinya.
Aku sendiri pun tak bisa menjawab, karena baru kali
ini aku mengalami hal seperti ini. Akhirnya kami pun memutuskan mencari
bengkel, setelah sebelumnya kami meletakkan
motor kami di sebuah kompleks pertokoan di daerah sana, tepatnya didepan
sebuah toko roti. Kami pun masuk ke toko roti tersebut, membeli sesuatu,
sekaligus menanyakan apakah didaerah sini ada bengkel atau tidak. Setelah
mendapatkan informasi yang kami butuhkan, kami pun berjalan mencari bengkel
tersebut…
Namun ternyata, semua tidak berjalan sesuai dengan
yang kami harapkan. Menemukan bengkel motor yang menyediakan servis memang
mudah. Namun yang menjadi masalah disini adalah, sudah sekian lama kami
berjalan dan memasuki sekitar tiga bengkel motor yang berbeda, namun tidak ada
satupun yang dapat menyervis motorku tepat pada saat itu. Bengkel pertama yang
kami datangi memang menyediakan servis, namun kami harus menunggu lama karena
masih ada tiga orang lagi yang belum dilayani. Hal yang hampir serupa pun kami
jumpai di bengkel kedua. Selain menunggu, ternyata montir pada bengkel kedua hanya
ada seorang, sehingga meskipun antriannya tidak terlalu lama, namun
pelayanannya tidak bisa cepat karena keterbatasan orang. Sedangkan pada bengkel
ketiga,
“Oh, bisa Mas, tunggu tiga jam ya ?” Sahut salah
seorang yang bertugas di bengkel itu.
Aduh, kenapa semua bengkel ramai, sih, batinku. Aku
dan Jemmy pun kembali dengan lesu, karena sudah tidak ada lagi bengkel didaerah
situ. Selagi berjalan, aku pun mengecek ponselku, dan di detik itu juga pengharapan
timbul dalam hatiku…
“Ko, kabari posisi. Papa lagi dalam perjalanan” Begitu
yang tertulis dalam ponselku ketika kubuka chat
dari Mamaku.
Memang, di awal tadi aku sempat mengabarkan kondisiku
pada orang rumah bahwa rantai motorku lepas. Namun, aku berkata bahwa aku akan
mencari bengkel terlebih dahulu. Tidak disangka, ternyata Papaku berangkat
tanpa menunggu kabar selanjutnya dariku. Kutebak, mungkin untuk mengecek apakah
kerusakannya parah sehingga memang perlu dibawa ke bengkel atau tidak. Timbul
sedikit rasa bersalah dalam hatiku, karena harus melibatkan Papaku sampai dua
kali hanya karena masalah motor (baca ‘Pengorbanan ditengah Individualisme’).
Apalagi, kini jaraknya jauh dari rumah. Namun, mau bagaimana lagi ? Akhirnya
sambil menunggu Papaku datang, aku pun melihat-lihat kondisi motorku didepan
toko roti tersebut…
Tak lama berselang, kulihat Papaku datang. Setelah
turun, ia langsung mengecek kerusakan motorku. Dan berkata,
“Lho, Ko, tadi katanya rantainya putus.” Sahut Papaku
sambil keheranan.
Namun terang saja aku juga ikut keheranan, sebab aku
cukup yakin bahwa di telepon tadi aku mengatakan bahwa rantainya lepas dan
bukannya putus. Akhirnya, Papaku pun menyuruhku mengambil peralatan yang ada di
dalam jok motor, dan mulai memperbaiki rantai itu. Kuamati dengan baik apa yang
ia lakukan, sambil berusaha mengingat langkah-langkahnya seandainya di kemudian
hari aku mengalami hal serupa seperti hari ini. Dengan cekatan, rantai itu
dikembalikan lagi ke tempatnya semula, dan,
“Udah selesai, Ko.” Sahutnya sambil membereskan
peralatan yang berserakan.
Ya, lagi-lagi Papaku berhasil menyelesaikan masalah
yang ternyata sangat sederhana. Hanya dengan berbekal peralatan seadanya yang
ada di jok motor, ia berhasil membuat rantai itu kembali ke tempatnya semula
tanpa bantuan orang bengkel. Dan, disinilah aku mendapatkan pelajaran, bahwa
memang semua ini sudah berada dalam rencana-Nya dan bukan hanya kebetulan…
Seandainya, pada saat itu salah satu bengkel bisa
menyervis motorku, dan Papaku tidak datang ketika belum menerima kabar, sudah
tentu aku membawa motor itu ke bengkel dan harus membayar sejumlah uang untuk
biaya servis. Padahal, hanya dengan sedikit peralatan, Papaku sudah bisa
mengembalikan rantainya ke tempat semula. Kebetulan ? Tidak, karena aku percaya
bahwa ini adalah rencana-Nya, sehingga aku tak perlu membayar uang untuk hal
yang sebenarnya bisa diselesaikan sendiri.
Memang, setelah memasang rantai tersebut Papaku pergi untuk
mengencangkan bautnya. Namun, harga yang harus dibayarkan sangat murah, bahkan
jauh lebih murah daripada biaya yang harus dibayarkan ketika memasang rantai
motor yang lepas.
Sekali lagi, melalui hal yang kelihatannya sederhana,
aku belajar bahwa tidak ada yang kebetulan, namun semata-mata karena
rencana-Nya yang indah dan tuntunan-Nya yang nyata dalam setiap aspek hidupku…
No comments:
Post a Comment