Tuesday, May 12, 2015

Coincidence ?



Kebetulan. Percayakah kalian akan hal ini ? Pernahkah kalian mengalami suatu hal yang membuat kalian berpikir bahwa itu hanyalah sebuah kebetulan semata ? Mari kita ambil suatu contoh.

Bayangkan ketika dirimu hendak liburan menuju suatu tempat yang sudah sangat kamu idam-idamkan, namun ternyata satu hari sebelum keberangkatan tiketmu hilang. Kemanapun kamu mencari, tiket itu tidak ada dimanapun. Ketika kamu hendak memesan tiket lain, ternyata sudah tidak ada tiket tersisa sehingga pupuslah harapanmu untuk pergi. Kamu sangat kecewa, dan mengurung diri dikamar seharian. Namun tiba-tiba, Mamamu masuk dan dengan tergesa mengabarkan bahwa ternyata pesawat yang seharusnya kamu tumpangi saat ini, jatuh di lautan dan belum ada kabar sama sekali. Dan disaat itulah, kamu akan sampai pada pemikiran, ‘untunglah tiketku hilang. Kebetulan sekali.’


Apakah kalian pernah mengalami hal-hal seperti itu, mungkin dalam konteks yang lebih sederhana ? Nah, inilah mengapa aku menanyakan hal tersebut, sebab aku sendiri pun sudah mengalami hal yang serupa, tentu dalam konteks yang lebih sederhana daripada cerita diatas. Namun satu hal yang kuyakini dan kupercayai, bahwa tidak ada satupun didunia ini yang terjadi karena kebetulan semata. Mengapa ? Karena hidup tiap orang sudah direncanakan oleh-Nya, bahkan sangat rinci dan detail, sehingga tentu dalam hidup kita ini pun tidak ada yang kebetulan. Seperti yang sudah kukatakan diatas, aku mengalami kejadian yang mampu menegaskan pendapatku. Dan beginilah ceritanya…

“Pulang dulu ya, Liv !” Sahutku sambil menyalakan motorku.

Hari ini aku, Jemmy, Livi, Jojon dan Fanie memang berkumpul di kafe milik Livi untuk membahas sesuatu. Sekitar dua jam kami berkumpul, kini sudah tiba saatnya kami pulang. Jojon dan Fanie memang sudah pulang terlebih dahulu, sehingga kini tinggal aku dan Jemmy yang tersisa. Setelah berpamitan, aku dan Jemmy pun segera pulang. Namun ditengah jalan, tiba-tiba terdengar suara yang belakangan ini terdengar dari motorku…

‘ctak’
Waduh ? Sebenarnya motor ini kenapa, ya ? Batinku sambil terus berjalan karena kondisi jalan raya yang cukup padat. Karena belakangan bunyi itu sering terdengar, namun tidak menimbulkan perubahan apa-apa, akhirnya aku pun mengabaikan bunyi itu dan tetap berjalan. Namun tak kusadari, bahwa yang kulakukan itu adalah sebuah kesalahan…

Tak lama berselang, terdengar suara lain yang agak berbeda,

‘Rrrr rrrr’
Bersamaan dengan suara itu, motorku seakan berada dalam gir netral alias tidak bisa dijalankan, padahal kondisi motorku pada saat itu berada di gir dua. Waduh, sepertinya ada yang tidak beres dengan motor ini, batinku panik. Refleks, langsung kutepikan motorku, diikuti oleh Jemmy yang memang juga menyadari bahwa motorku tidak beres. Kumatikan motorku, dan kuperiksa asal suara itu. Namun disaat itulah, keringat dingin menjalar ditubuhku. Gawat, batinku.

Terlihatlah penyebab yang mengakibatkan motorku tetap tak berjalan meskipun berada dalam gir dua. Ternyata, rantai motorku lepas !

“Rom, rantaimu lepas ya ?” Sahut Jemmy keheranan sambil menunjuk rantai motorku yang memang tidak berada di tempat yang semestinya.

Aku sendiri pun tak bisa menjawab, karena baru kali ini aku mengalami hal seperti ini. Akhirnya kami pun memutuskan mencari bengkel, setelah sebelumnya kami meletakkan  motor kami di sebuah kompleks pertokoan di daerah sana, tepatnya didepan sebuah toko roti. Kami pun masuk ke toko roti tersebut, membeli sesuatu, sekaligus menanyakan apakah didaerah sini ada bengkel atau tidak. Setelah mendapatkan informasi yang kami butuhkan, kami pun berjalan mencari bengkel tersebut…

Namun ternyata, semua tidak berjalan sesuai dengan yang kami harapkan. Menemukan bengkel motor yang menyediakan servis memang mudah. Namun yang menjadi masalah disini adalah, sudah sekian lama kami berjalan dan memasuki sekitar tiga bengkel motor yang berbeda, namun tidak ada satupun yang dapat menyervis motorku tepat pada saat itu. Bengkel pertama yang kami datangi memang menyediakan servis, namun kami harus menunggu lama karena masih ada tiga orang lagi yang belum dilayani. Hal yang hampir serupa pun kami jumpai di bengkel kedua. Selain menunggu, ternyata montir pada bengkel kedua hanya ada seorang, sehingga meskipun antriannya tidak terlalu lama, namun pelayanannya tidak bisa cepat karena keterbatasan orang. Sedangkan pada bengkel ketiga,

“Oh, bisa Mas, tunggu tiga jam ya ?” Sahut salah seorang yang bertugas di bengkel itu.

Aduh, kenapa semua bengkel ramai, sih, batinku. Aku dan Jemmy pun kembali dengan lesu, karena sudah tidak ada lagi bengkel didaerah situ. Selagi berjalan, aku pun mengecek ponselku, dan di detik itu juga pengharapan timbul dalam hatiku…

“Ko, kabari posisi. Papa lagi dalam perjalanan” Begitu yang tertulis dalam ponselku ketika kubuka chat dari Mamaku.

Memang, di awal tadi aku sempat mengabarkan kondisiku pada orang rumah bahwa rantai motorku lepas. Namun, aku berkata bahwa aku akan mencari bengkel terlebih dahulu. Tidak disangka, ternyata Papaku berangkat tanpa menunggu kabar selanjutnya dariku. Kutebak, mungkin untuk mengecek apakah kerusakannya parah sehingga memang perlu dibawa ke bengkel atau tidak. Timbul sedikit rasa bersalah dalam hatiku, karena harus melibatkan Papaku sampai dua kali hanya karena masalah motor (baca ‘Pengorbanan ditengah Individualisme’). Apalagi, kini jaraknya jauh dari rumah. Namun, mau bagaimana lagi ? Akhirnya sambil menunggu Papaku datang, aku pun melihat-lihat kondisi motorku didepan toko roti tersebut…

Tak lama berselang, kulihat Papaku datang. Setelah turun, ia langsung mengecek kerusakan motorku. Dan berkata,

“Lho, Ko, tadi katanya rantainya putus.” Sahut Papaku sambil keheranan.

Namun terang saja aku juga ikut keheranan, sebab aku cukup yakin bahwa di telepon tadi aku mengatakan bahwa rantainya lepas dan bukannya putus. Akhirnya, Papaku pun menyuruhku mengambil peralatan yang ada di dalam jok motor, dan mulai memperbaiki rantai itu. Kuamati dengan baik apa yang ia lakukan, sambil berusaha mengingat langkah-langkahnya seandainya di kemudian hari aku mengalami hal serupa seperti hari ini. Dengan cekatan, rantai itu dikembalikan lagi ke tempatnya semula, dan,

“Udah selesai, Ko.” Sahutnya sambil membereskan peralatan yang berserakan.

Ya, lagi-lagi Papaku berhasil menyelesaikan masalah yang ternyata sangat sederhana. Hanya dengan berbekal peralatan seadanya yang ada di jok motor, ia berhasil membuat rantai itu kembali ke tempatnya semula tanpa bantuan orang bengkel. Dan, disinilah aku mendapatkan pelajaran, bahwa memang semua ini sudah berada dalam rencana-Nya dan bukan hanya kebetulan…

Seandainya, pada saat itu salah satu bengkel bisa menyervis motorku, dan Papaku tidak datang ketika belum menerima kabar, sudah tentu aku membawa motor itu ke bengkel dan harus membayar sejumlah uang untuk biaya servis. Padahal, hanya dengan sedikit peralatan, Papaku sudah bisa mengembalikan rantainya ke tempat semula. Kebetulan ? Tidak, karena aku percaya bahwa ini adalah rencana-Nya, sehingga aku tak perlu membayar uang untuk hal yang sebenarnya bisa diselesaikan sendiri.  Memang, setelah memasang rantai tersebut Papaku pergi untuk mengencangkan bautnya. Namun, harga yang harus dibayarkan sangat murah, bahkan jauh lebih murah daripada biaya yang harus dibayarkan ketika memasang rantai motor yang lepas.

Sekali lagi, melalui hal yang kelihatannya sederhana, aku belajar bahwa tidak ada yang kebetulan, namun semata-mata karena rencana-Nya yang indah dan tuntunan-Nya yang nyata dalam setiap aspek hidupku…

No comments:

Post a Comment