/1/
Suasana
kafe kala itu terlihat lengang. Tak banyak kegiatan terlihat di ruang monokrom
berlapis kaca ini. Aku memerhatikan sekeliling sambil membersihkan gelas-gelas
kopi. Hanya ada segelintir pengunjung yang datang dan bercengkerama. Dan kamu.
Kamu yang tak pernah sekalipun absen melewati penghujung hari di pojok ruang
ini. Ditemani segelas Americano,
langit sore selalu kau selami dengan tatapanmu yang dalam. Di kala alpanya
kesibukanku sebagai barista,
pandanganku tak pernah lepas memerhatikanmu. Kau yang selalu duduk menyilangkan
kaki dan berpangku tangan, berlatar pemandangan kota dan langit senja itu.
Meski ragaku terpaku di belakang bar ini, pikiranku tak pernah bisa diam di
tempat. Berimajinasi, berasumsi, bertanya-tanya. Entah mana yang lebih indah, semburat
merah langit senja atau sosokmu yang diam layaknya sore yang sederhana.