Monday, December 8, 2014

A Lesson of Life in PKPD

Yak kita berjumpa lagi dengan Romie disini ! Setelah pengalamanku di Villa Dordia selama 3 hari untuk acara Discipleship PD Team yang diadakan oleh PD Team Smatrama pada Oktober lalu, sekarang aku akan menceritakan pengalamanku selama 3 hari di GKI Pacet dalam acara PKPD yang dilaksanakan PPPK Petra. Siapa sangka ternyata acara ini memberiku begitu banyak pengalaman yang lebih berharga untukku, pengalaman yang tidak disangka-sangka olehku dan teman-temanku yang mengikutinya. Sudah penasaran semua kan ? Cekidot !


Day 1

Kita pergi ke Pacet ! Kami, anak-anak PD dari SMA Petra1 – 5 dan SMK berkumpul jam 08.00 di SMK untuk bersiap-siap pergi ke Pacet. Aku dan teman-temanku berada di bis yang sama dengan SMA Petra 4 dan SMK. Akhirnya kami pun berjalan meninggalkan SMK untuk pergi ke Pacet. 

Di bis, kami yang semula canggung dan diam karena belum saling mengenal, akhirnya menjadi ramai karena salah satu temanku, Trivena maju untuk mengadakan game sekaligus saling berkenalan. Setelah saling berkenalan satu sama lain, akhirnya bis pun menjadi ramai karena sepanjang perjalanan kami bernyanyi memuji Tuhan, dan tak terasa akhirnya sampailah kami di GKI Pacet. 

Ketika sampai, kami langsung naik ke aula untuk melaksanakan ibadah pembuka. Dalam setiap sesi, kami dari sekolah masing-masing bergantian untuk membuka sesi dengan pujian, dan sekolahku mendapatkan sesi 4, 8 dan penutup. Ketika ibadah pembuka selesai, ternyata kami disuruh mengambil acak salah satu kertas yang dibagikan oleh guru Pembina kami, dan kami disuruh turun untuk mencari nama kami di setiap kamar yang ada. Ketika sudah mendapatkan nama kami, kami disuruh untuk menyatukan kata-kata yang ada didalam kertas itu untuk dirangkai menjadi satu kalimat. Karena kami mengambilnya acak, otomatis kalimat yang kami dapatkan sedikit tidak nyambung. Tapi akhirnya kami sambung-sambungin saja hehehe…  Aku dan teman sekamarku mendapatkan kalimat ‘Cobaan Kegelapan membangun Cita-cita Beriman’ sedikit tidak nyambung kan ? Yahh tapi cuman itu kemungkinan yang bisa kami rangkai hehehe…. 

Setelah itu kami beristirahat siang, dan dilanjutkan dalam sesi. Sesi dalam hari pertama ini ada 4, dan pembicaranya adalah Bu Lidia. Ketika awal, aku tidak merasakan apa-apa ketika Bu Lidia membagikan firman. Jujur, sebenarnya bukan firman yang ia bagikan, tetapi menurutku, yang dia bagikan adalah tahap-tahap bagaimana membentuk suatu tata ibadah yang sempurna dan berkenan dihati jemaat. Aku merasa sedikit aneh dengan ini, sebab apa yang dibicarakannya hanyalah tata ibadah semata. Tapi aku memilih untuk diam dalam hal ini. 

Setelah itu, kami disuruh untuk menggambarkan realita yang terjadi dalam PD kami dari tiap sekolah, dan sekaligus harapan apa yang kami inginkan dalam PD kami. Pelajaran pertama yang aku dapatkan dari PKPD adalah saat memperhatikan masalah realita yang terjadi pada PD sekolah lain. Aku dapat, bahwa walaupun sepertinya masalah yang terjadi di PD Smatrama sangat banyak, dan kelihatannya tidak selesai-selesai, tapi aku menyadari, bahwa PD Smatrama masih lebih baik ketimbang sekolah lain. Sebab apa ? ketika aku mendengar masalah yang dibeberkan sekolah lain, aku merasa bahwa masalah dalam PD Smatrama ternyata hanya sedikit dibandingkan dengan sekolah lain yang sangat banyak. Seperti contohnya Petra 1. Kita semua tahu bahwa Petra 1 terkenal dengan sekolah favorit, dengan cap bahwa Petra 1 merupakan sekolah yang berduit. Semakin dikuatkan dengan pernyataan temanku bahwa disana sudah memakai CCTV, dan juga komputer disekolah mereka akan diganti dengan iMac. Bisa kita bayangkan kan betapa kaya nya mereka ? namun ternyata, mereka tetap memiliki masalah. Alat music kurang, banyak anggota yang pasif, divisi yang tidak aktif, dan masih banyak lain. Begitu juga dengan Petra 2. Bisa kita bayangkan bahwa Petra 2 tidak kalah kayanya dengan Petra 1. Namun masalah mereka tetap banyak, dibandingkan dengan masalah kita. Yang paling banyak adalah SMK. Ketika aku mendengarnya, sungguh bahwa SMK ini adalah yang paling berjuang. Sebab apa ? masalah mereka begitu banyak, dan mereka masih mampu bersyukur dalam keadaan seperti itu. Gedung yang kurang layak, alat music banyak yang rusak, jauhnya ruangan tempat latihan, minimnya penerangan dan kipas angin, kurangnya anggota, dan respon jemaat yang sangat sedikit. Sungguh aku menyadari, ternyata masalah kita itu tidak ada apa-apanya, dibandingkan dengan masalah yang dihadapi sekolah lain. Mereka saja masih bisa bersyukur, apalagi kita yang setidaknya tidak pernah mengalami hal yang mereka alami. Pelajaran pertama yang aku dapatkan adalah, janganlah mengeluh dengan apa yang terjadi sekarang, sebab diluar sana ternyata masih banyak orang yang mengalami masalah yang lebih berat dari kita. Tetaplah bersyukur atas apa yang ada.

Lalu setelah itu kami disuruh untuk membuat liturgy, dengan tema, tujuan, sasaran serta lagu apa yang kami pakai, setelah sebelumnya kami diberikan arahan bagaimana membuat liturgy yang baik. Kami pun membuatnya, dengan menjiplak tema Paskah kami, Arise. Hehehe… gak papa lah, kan nggak ada salahnya hehehe… Dan disana, perasaan aneh ku tentang Bu Lidia pun semakin menguat. Sebab apa ? Ketika kami mempresentasikan liturgy kami, begitu banyak kritikan yang membuat hati kami panas. Seperti tujuan yang kurang konkrit, atau tema yang tidak cocok, atau bahkan pemilihan lagu yang dirasa tidak masuk akal dengan tema. Bu Lidia mencontohkan seperti tujuan milik kami yang berbunyi ‘ Membangkitkan iman seluruh warga SMA Petra 5’ dan Bu Lidia langsung mengkritik “memangnya kalian yakin bisa membangkitkan SELURUHnya ? tolong ya, tujuan jangan yang tidak masuk akal. Tujuan harus konkrit, dan bisa masuk akal serta nyata dalam prakteknya. Jangan yang seperti ini” Hei, memangnya kami tidak boleh beriman ? Sebab dalam Firman dikatakan, terjadilah sesuai imanmu. Itu iman kita, memangnya kita dilarang beriman ? Dia juga mencontohkan pemilihan lagu yang kata-katanya tidak sesuai. Seperti lagu Dari Terbit Matahari. Dengan liriknya yang berbunyi “dari terbit matahariii .. sampai pada masuknya ..  biarlah nama Tuhan dipuji ..” Dan dia berkata memangnya kita memuji Tuhan hanya dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore ? dan aku pun berpikir, kalau anda ingin menciptakan lagu yang sempurna, ciptakanlah sendiri, sebab tidak mungkin kan penulis lagunya bermaksud seperti itu.

Dan akhirnya aku sadar, setelah tadi aku teringat bahwa ketika giliran kami memimpin pujian dan langsung presentasi, hal yang dikritik oleh Bu Lidia adalah Choir, dengan fokusnya Fanie sebagai leader yang dirasanya tidak sopan dan tidak sedap dipandang karena membelakangi jemaat dengan bajunya yang seperti itu. Hal itu disampaikan secara tajam, dan aku rasa Fanie shock dengan kritikan seperti itu, namun hal lain yang kami dapatkan ketika PKPD adalah, STAY HUMBLE. Tetap rendah hati, jangan membantah. Oleh karena itu kami menerimanya. Dan dengan itu, aku sadar bahwa apa yang disampaikan Bu Lidia ini hanya bagaimana membentuk ibadah yang sedap dipandang mata dan kelihatan sempurna dimata manusia semata. Hanya itu, sebab apa yang dikritik olehnya adalah penampilan kami, layaknya juri yang mengkritik setiap apa yang kami lakukan. Memang, kritikannya bersifat membangun, namun apakah seorang jemaat datang ke gereja untuk mengkritik choirnya ? apakah hanya untuk melihat apa WL nya bersuara merdu atau tidak ? apakah pemain musiknya keren atau tidak ? Tidak kan ? kita datang ke gereja untuk berhubungan dengan Tuhan, bukan untuk mengkritik apa yang ditampilkan pelayan di gereja itu. Akhirnya aku sadar semua itu, setelah semalaman itu ia mengkritik setiap kami, dalam setiap presentasi kami, bahwa ia hanya menilai suatu ibadah dari luarnya saja, apa yang dilihat oleh manusia, bukan hubungan kita dengan Tuhan. Tapi, tetap dengan apa yang menjadi pelajaran kami selama disini, Stay Humble (:

Day 2 

Kami sebenarnya disuruh berkumpul jam 06.30, sebab akan ada ibadah pembuka. Tapi kalian tahu ? Aku dan seluruh teman sekamarku terlambat bangun ! Oh tidak ! Aku baru bangun jam 06.25, dan jadilah akhirnya hanya 2 dari kami yang mandi, aku dan 2 temanku tidak mandi dan hanya mencuci muka. Akhirnya aku mandi setelah makan dan temanku malah mandi saat snack jam 11.00 hehehe … 

Sesi siang pada hari ini tidak ada firman, sebab kami disuruh untuk merancang sebuah liturgy lengkap dengan lagu sampai selesai, dan pada saat sesi sore kami disuruh untuk mempresentasikan lagi, namun dalam bentuk ibadah biasa. Jadi kami disuruh untuk menampilkan ibadah biasa. Jadilah kami membuat liturgy dan ternyata ada pelajaran lain yang Tuhan ajarkan disini. Saat membuat liturgy, Valdaw curhat, dan akhirnya hampir semua dari kami tidak bekerja malah mendengarkan Valdaw. Setelah selesai, aku, Nath, Susis dan yang tidak mendengarkan pun bosan, bahkan Nath sampai tidur karena tidak ada kerjaan, sedangkan yang mendengar curhat Valdaw masih asyik sendiri. Jujur, aku merasa seperti ada jarak yang memisahkan kami. Itu terasa ketika kami snack, yang mendengar Valdaw duduk dengan Valdaw, sedangkan kami sendiri duduk ditempat yang berbeda. Dan itu seperti yahh.. awkward moment lah …

Tapi ternyata Tuhan sudah memiliki rencana lain dengan adanya jarak seperti itu. Vincent yang daritadi hanya bermain gitar, semakin lama semakin keras bersuara dan ternyata dia sedang penyembahan. Dan tak disangka pun, yang bersama Valdaw pun akhirnya diam. “eh ayo mezbah yuk, Vincent penyembahan lho itu” dan akhirnya kami semua pun mezbah doa dan menghentikan semua kegiatan kami. Dan setelah selesai, kami sharing. Ada Vincent yang sharing, kalau dia itu merasa seperti kembali pada kehidupannya yang dulu, ketika temannya hanya sedikit dan bahkan terasa seperti tak ada teman. Dia cerita, kalau itu terasa lagi di PKPD ini, saat semuanya sibuk sendiri nggak ada yang memperhatikannya. “Aku mangkel sama kalian, juga sama Tuhan, Tuhan kenapa sih harus gini lagi, aku nggak suka kayak gini. Tapi Tuhan itu ngomong sama aku, kalo jangan mangkel, datanglah ke Aku. Akhirnya makanya aku penyembahan. Aku nggak nyangka ternyata kalian semua yang sibuk sendiri malah ikut-ikutan dan akhirnya kita mezbah. Aku nggak nyangka pol gitu lho.” Ada juga Nath yang kesaksian. “Aku itu seumur-umur nggak pernah nyatet apa yang disampein sama pendeta. Tapi entah kenapa kapanhari Tuhan nggerakin hati aku buat nyatet yang penting. Dan aku rindu buat sharing sama kalian gitu lho. Niatnya sih jumat besok, tapi jujur ae saat aku tidur itu Tuhan ngomong sama aku, ini lho waktunya kamu sharing. Aku ya nggak nyangka, kita isa spontan mezbah doa seperti ini.” Pelajaran hari ini, bahwa rencana Tuhan itu baik. Ketika kita sedang terpecah seperti itu, Ia menyatukan kami lagi dengan caranya yang ajaib. Dan semuanya itu tidak ada yang kebetulan. Bahkan sejak saat itu, kami semua menjadi sekolah yang paling kompak ! Petra 5 jadi paling gendeng, paling seru, paling nggak tau malu, dan nggak pernah terpisah lagi. Ketika istirahat siang, kami bukannya malah istirahat tapi main jungkat jungkit …. Seperti anak kecil sih, tapi itu seru ! 

Tibalah sesi sore saat kami mempresentasikan liturgy kami. Dimulai dari SMK, lalu kami dengan tema berbelas kasihan. Kritikan pun kembali datang, bahkan lebih tajam dibandingkan SMK. Fanie dikritik kembali, soalnya Fanie tetap membelakangi penonton. Dan choir juga dikritik, soalnya kami bergerak saat worship. Itu dirasa sangat useless, dan mendingan tidak bergerak soalnya itu memancing jemaat. Begitu banyak kritikan, tapi seperti motto kami, Stay Humble saja lah.. 

Puncaknya adalah ketika kritikan disampaikan oleh seorang guru pembimbing ke Petra 2. Disini aku merasa seperti guru-guru ini konyol, justru mereka yang tidak masuk akal. Sebab apa ? saat guru ini mengkritik ia berkata, “ Sepanjang presentasi dari SMK, saat worship mengapa WL nya selalu menutup mata ? itu menurut saya tidak sopan dan tidak sedap dipandang, Saya tidak suka itu, kalian adalah centernya, dan kalian bertugas mengarahkan jemaat, mengapa kalian menutup mata ?” Ketika aku mendengar seperti itu, jujur aku ingin membaliknya lagi seperti, hei memangnya ibu kalau berdoa dengan Tuhan membuka mata apa ? Sebab jujur saja, hubungan dengan Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata, tapi dirasakan. Tuhan tidak melihat kesempurnaan ibadahnya, tapi Tuhan melihat hati kita ! Mengapa harus mengkritik apa yang dilihat oleh mata manusia ? Aku tahu memang aku sedikit frontal, tapi pertanyaan itu konyol dan tidak masuk akal menurutku. Tapi kembali lagi, Stay Humble (:

Dan ketika Petra 1 tampil, kami kembali mendapatkan pelajaran yang berharga dari Tuhan. Ada lagunya yang berbunyi bahwa ketika kita dikritik, ketika kita diintimidasi, berusahalah untuk mengampuni. Dan jujur, ini mengena banget sebab setelah begitu banyak kritikan yang diterima yang tidak sesuai dengan prinsip kami, kami disadarkan untuk mengampuni orang yang mengintimidasi kami, yang menjatuhkan kami. 

Ada talent show ! wah kerennn ! kami kebagian untuk nge dance, dan kalian tahu bahwa yel-yel Petra 5 adalah yel-yel paling gila dan paling malu-maluin. Tapi nggak papa, kita semua kan memang nggak ada malu nya hehehe … SMK kebagian untuk nyanyi, dan penampilan mereka kerennn ! Petra 4 itu OVJ, lucu sih soalnya pembawa acaranya mukanya innocent gitu hehehe… Sedangkan Petra 3 kebagian vocal grup, dan wow keren ! kalau kalian tahu, WL Petra 3 itu suaranya bagus banget ! gilaaa kerennn suaranyaa !

Petra 2 kebagian drama, dan drama mereka lucu banget heheh… sedangkan Petra 1 kebagian raja gombal, tapi sayang banget anaknya nggak seruu.. nggak berani gombal yang mengena dihati.. jadinya garing dehhh ...

Akhirnya sesi telah selesai, dan akhirnya kami makan sate. Lalu spontan ada lagi yang kepingin mezbah, akhirnya kami pun menutup seluruh kegiatan hari itu dengan mezbah doa jam 11. Sungguh luar biasa Petra 5 ! yeee !

Day 3 

Hari ini adalah hari terakhir dan untungnya ada sedikit toleransi ketika bangun pagi. Sebab kami semua sudah lelah setelah seharian penuh beraktivitas pada hari kedua. Disini aku dan temanku berkolaborasi dengan SMK dan Petra 4, untuk menutup seluruh ibadah hari itu. Karena Fanie sudah banyak menerima kritikan, akhirnya dia memimpin choir dari kursi jemaat hehehe… Tidak banyak yang kami lakukan hari itu, selain berfoto dan berbagi contact dengan teman sekolah lain, sebab kami semua akan kembali kesurabaya dan kembali ke rumah masing-masing. Kami juga mendapat hadiah masing-masing sekolah karena sudah menampilkan talent show, serta berfoto bersama yang lama banget soalnya kameranya banyak .. 

Setelah naik ke bus masing-masing, kami pun berangkat pulang ke Surabaya. Kami sempat bernyanyi satu bis, tapi setelah itu diam. Mungkin kecapekan semua kali ya hehehe… Tapi tidak apa, sebab ini bukanlah perpisahan. Masih ada PD Gabungan broo !! Kita akan bertemu lagi hari Jumat, dan percayalah, ini akan menjadi PD yang paling seru ! Petra 5, lets rock the stage ! Wohooooo !!!! But always, STAY HUMBLE :D

No comments:

Post a Comment