Sunday, October 15, 2017

Korea dalam Kue Berlapis Krim



K O R E A
.
Satu kata, beragam persepsi. Akan ada begitu banyak jawaban ketika ada pertanyaan “Apa yang kamu favoritkan dari Korea?” muncul. Segelintir orang akan langsung mengacungkan berbagai poster dan pernak-pernik boyband dan girlband favoritnya. Sebagian lainnya, akan memamerkan gaya berpakaian mereka yang tak pernah terlambat mengikuti tren dari Negeri Ginseng ini. Beberapa yang lain, mungkin akan langsung bercerita mengenai seluk-beluk keseharian dan kebudayaan Korea, berbangga diri karena paham dengan keseharian dan kebudayaan negeri favoritnya.


Begitu banyak persepsi dan preferensi ketika berbicara mengenai Korea. Begitu banyak hal yang bisa menjadi favorit pribadi ketika membahas Korea. Grup idola, tren berpakaian, sejarah kebudayaan, makanan, hingga kehidupan masyarakat pada kesehariannya. Namun, pada kesempatan kali ini, biarkanlah aku menyampaikan persepsiku mengenai Korea. Bukan berfokus pada grup idola, tren berpakaian, ataupun mengenai sejarah dan kebudayaannya. Tapi, lebih kepada satu hal yang membuatku belajar mengenai Korea secara keseluruhan. Satu hal yang memberikanku banyak pelajaran lebih dari apa yang terlihat.

Drama Korea.

/1/
Menurutku, menonton drama Korea dapat diibaratkan seperti melahap sebuah kue berlapis krim. Ketika kue tersebut masuk ke dalam mulut, rasa yang paling dominan menguasai indera perasa kita adalah rasa dari krim kuenya. Dalam drama Korea, krim itulah yang pada akhirnya menjadi perhatian utama dari drama tersebut. Plot cerita, adegan romantis, pemandangan yang indah, dan yang paling penting, aktor yang tampan dan aktris yang cantik. Nggak terhitung kan, berapa banyak orang yang menyukai drama Korea karena hal-hal yang kusebutkan di atas? Entah karena ceritanya menarik, banyak adegan romantisnya, atau bahkan hanya karena aktor/aktrisnya enak dilihat? Hayo, ngaku

Memang, aku pun tak memungkiri bahwa krim kue tersebut juga turut menjadi perhatianku ketika menonton drama Korea. Namun, alih-alih hanya menikmati krimnya, ada citarasa dari kue tersebut yang juga kunikmati. Rasa yang memang tak terlalu dominan bila dibandingkan dengan rasa krimnya, namun mampu bersatu padu sehingga membuat kenikmatan kue tersebut lengkap. Jadi, bersiaplah, karena aku akan menjelaskan rasa kue yang sudah kucicipi dari berbagai drama Korea!

Pertama, aku sangat tertarik dengan drama Korea karena aku mengamati bahwa sebenarnya drama adalah alat strategi Promotion Marketing yang sangat berpengaruh. Sebagai seorang mahasiswa yang berkecimpung dalam Fakultas Ekonomi, sudah tidak asing lagi bahwa Marketing Mix (khususnya Promotion) sangat krusial dalam memasarkan suatu produk. Dari drama Korea-lah, puluhan bahkan ratusan produk telah berhasil melambung berkat kemunculannya dalam alur cerita.

Ada beberapa drama yang akan aku ceritakan sebagai contoh. Sebut saja, drama webseries Seventh First Kisses yang diproduksi oleh Lotte Duty Free Shop. Secara kasat mata saja, kita sudah bisa melihat bahwa drama ini dijamin memiliki rasa krim yang enak. Bagaimana tidak, ada tujuh aktor tampan dan terkenal yang turut berperan dalam drama tersebut! Selain sukses melelehkan hati sebagian besar kaum hawa di Bumi ini, Lotte Duty Free Shop pun  berhasil  menerapkan strategi marketing yang tepat untuk memasarkan produk mereka. Well done, Lotte…

Selain itu, ada juga produk yang berhasil melambung berkat kesuksesan kisah Kang Chul dan Oh Yeon Joo dalam drama W-Two Worlds. Produk apakah itu? Benar sekali. LINE Webtoon. Kisah cinta antara Kang Chul si tokoh webtoon dan Oh Yeon Joo si anak-dari-komikus-yang-kebetulan-ditarik-Kang-Chul berhasil mendongkrak jumlah pembaca LINE Webtoon di seluruh dunia. Dan masih berhubungan dengan LINE Corporation, yang juga sukses mendongkrak tingkat pengguna aplikasi LINE di berbagai belahan dunia melalui drama lainnya. Drama apakah itu? Benar sekali. My Love from the Star. Bila kita perhatikan, komunikasi antara Cheon Song Yi dan Do Min Joon didominasi oleh aplikasi LINE, bertabur stiker lucu yang digunakan Cheon Song Yi. Dan tahukah kalian, berkat My Love from the Star, LINE mengalami peningkatan unduhan aplikasi hingga 60 juta kali, membuatnya menjadi aplikasi tertinggi nomor sembilan dalam China App Store. Lihat? Inilah salah satu hal yang membuatku sangat tertarik dengan drama Korea. Karena dari drama Korea-lah, aku bisa mengamati berbagai strategi marketing yang unik dan beragam.
























Yang kedua, masih berhubungan dengan poin pertama, aku belajar bahwa drama Korea pun menjadi alat promosi yang sangat berpengaruh terhadap pariwisata Korea. Sebagai mahasiswa ekonomi yang mengambil studi kepariwisataan, aku paham bahwa pariwisata adalah aspek yang sangat penting bagi penerimaan devisa negara. Dengan peningkatan wisatawan domestik maupun mancanegara, devisa negara pun turut mengalami peningkatan. Oleh karena itu, terlepas dari adanya intensi atau tidak, ada begitu banyak pariwisata Korea yang terkenal berkat kemunculannya dalam drama Korea.

Sebut saja, pantai Jumunjin di ujung wilayah Gangneung yang menjadi terkenal berkat kemunculannya dalam drama Goblin. Alasannya sederhana. Karena pantai Jumunjin adalah tempat pertemuan pertama Ji Eun Tak dengan Kim Shin, ketika Eun Tak meniup lilin. Atau, Hanmi Bookstore di Incheon yang terkenal berkat catnya yang berwarna kuning cerah. Berkat Goblin, jumlah pengunjung naik lebih dari sepuluh kali lipat selama akhir pekan dan tiga kali lipat di hari biasa. “Setelah drama ini (Goblin, red), banyak pengunjung dari negara asing juga,” kata Jang Won Hyek, pemilik Hanmi Bookstore, dikutip dari situs tribunnews.

Seperti poin pertama, kemampuan drama Korea untuk meningkatkan pariwisata Korea juga turut menjadi aspek yang membuatku sangat tertarik dengan drama Korea. Bukan hanya meningkatkan penjualan melalui promosi produk, namun juga mampu meningkatkan devisa negara melalui promosi kepariwisataan di Negeri Ginseng tersebut. Citarasa kue yang sangat mengundang, dilapisi dengan olesan krim yang memikat dan menggoda. Well done, Korea…











/2/
Masih dengan perumpamaan melahap sebuah kue berlapis krim. Bila di bagian pertama aku berfokus pada rasa dari kue tersebut, bagian kedua ini adalah rasa dari selai yang ada diantara lapisan kue itu. Sangat minoritas, bahkan kadang tak terasa bila dibandingkan dengan rasa krim ataupun rasa kuenya. Namun kembali, meski kadang tak terasa, rasa selai ini jugalah yang melengkapi kelezatan kue tersebut. Tanpanya, tak akan lengkap. Sama seperti aku tanpamu… #hadeuh

Yang pertama, aku sangat menikmati drama Korea karena drama mengubah persepsi masyarakat mengenai legenda dan mitos yang ada. Legenda dan mitos yang terkesan buruk diubah menjadi sesuatu yang nyaman untuk dibayangkan. Sebut saja, legenda rubah berekor sembilan yang bernama Gumiho. Dari persepsi binatang buruk rupa yang terlihat ganas, drama Korea mampu mengubahnya menjadi sesuatu yang tampan dan cantik. Tidak percaya? Tontonlah kisah Kang Chi si manusia setengah gumiho di Gu Family Book. Masih kurang? Mari, ikutilah cerita Dae Woong dan Mi Ho di drama My Girlfriend is a Gumiho. Dan aku bisa menjamin, persepsi binatang buruk rupa tersebut akan berganti menjadi senyuman manis khas Shin Min Ah. Hayo, jadi penasaran, kan

Selain gumiho, berbagai mahkluk mitos lainnya pun sukses berganti rupa. Seperti contoh, Goblin dan Grim Reaper yang terkesan menyeramkan mampu berganti rupa menjadi tampan berkat Kim Shin dan Wang Yoo di drama Goblin. Masih dengan Grim Reaper, yang juga berhasil dipermak menjadi pemuda bermotor keren di kisah perjalanan spiritual 49 Days. Hantu perawan, yang terkesan horror berhasil ‘terlihat’ cantik berkat Arang di drama Arang and the Magistrate (jelas cantik, yang main kan, Shin Min Ah!). Terakhir, Alien, yang semula berkepala besar dan berwarna hijau, berubah rupa menjadi dosen fashionable di film My Love from the Star. Begitu banyak mahkluk legenda dan mitos, yang pada akhirnya berubah rupa berkat kemunculan drama Korea. Dan dampaknya, jadi begitu banyak K-drama lovers yang akhirnya mendamba kisah cinta dengan mahkluk semacam itu. Jodoh dengan manusia saja belum dapat, gimana mau dengan mahkluk mitos? Bisa-bisa, kisah cintamu yang lama-lama jadi mitos... #hadeuh




Yang kedua, aku sangat menikmati drama Korea karena drama membuat citra suatu profesi menjadi sangat menarik untuk dijalankan. Hayo, siapa yang langsung bertekad untuk menjadi dokter begitu melihat aksi Yoo Hye Jung dan Hong Ji Hong di drama Doctors? Angkat tangan! Hmm.. bagus, aku melihat tangan-tangan yang terangkat. Pertahankan semangatnya! #apasih

Aku akan memberikan contoh beberapa drama yang sudah memikatku karena citra profesi yang begitu menarik. Contohnya, profesi jaksa dan pengacara yang begitu menantang berkat kisah Park Soo Ha, Jang Hye Sung dan Seo Do Yeon dalam lingkungan peradilan di drama I Hear your Voice. Berkat alur cerita yang menegangkan dan penuh intrik, drama ini cukup memberiku pemahaman bahwa profesi lingkungan peradilan adalah profesi yang asyik sekaligus menantang. Atau, ketika aku belajar memahami beratnya menjadi pemimpin negara dari kisah Jae-Ha di drama King Two Hearts. Begitu beratnya mengurus sebuah negara, apalagi ketika gebetan-mu adalah warga negara dari tetangga yang hubungannya kurang harmonis. Hidup ini berat, bung

Yang lain, saat aku melihat bahwa menjaga perdamaian dan berbakti kepada negara bisa menjadi sesuatu yang keren melalui drama… bisakah kalian tebak melalui drama apa? Benar sekali. Descendants of the Sun. Disaat nasionalis dianggap tidak keren oleh persepsi masyarakat, Kapten Yoo Si Jin datang dan mengubah semua itu. Bukankah drama Korea sangat keren? Karena citra profesi ini pulalah, aku belajar memahami dan menghargai tiap profesi. Memahami tiap kesulitan dan tantangannya, sehingga membentukku menjadi pribadi yang lebih toleran terhadap sesama.


























































Yang ketiga dan terakhir, ada pelajaran mengenai isu-isu minoritas yang bisa aku dapatkan dari drama Korea. Isu-isu yang kadang terabaikan, namun nyata adanya dalam masyarakat. Ada dua drama yang akan aku gunakan untuk mewakili poin terakhir ini.

Drama pertama, adalah Hyde Jekyll and Me yang mengulas kisah Koo Seo Jin, Robin dan Jang Ha Na. Bisakah kalian menebak arah pembicaraanku? Benar sekali. Aku membahas kisah mengenai mereka yang mengalami Dissociative Identity Disorder, atau sederhananya, kepribadian ganda. Tak banyak kisah kepribadian ganda yang terangkat di masyarakat, selain kisah Sybill pemilik 16 kepribadian atau kisah Billy si pemilik 24 kepribadian. Dengan adanya drama Hyde Jekyll and Me ini, isu kepribadian ganda terkait penyebab dan dampaknya dapat lebih disosialisasikan, sehingga meningkatkan awareness dan kepedulian masyarakat.

Drama kedua, adalah kisah antara Kim Je Ha dan Go Anna di drama The K2. Bukan berfokus pada profesinya ataupun alur ceritanya, melainkan pada penyakit yang diidap oleh keduanya. Dimana Kim Je Ha diceritakan mengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), dan Go Anna diceritakan memiliki Social Phobia. Jelas terlihat, bahwa penyakit tersebut membuat keduanya menderita. Kim Je Ha tak mampu merasakan nyenyak dalam malam-malam tidurnya, karena dihantui oleh kematian kekasihnya. Anna, tak nyaman bersosialisasi dengan orang lain, membuatnya hidup terasing meski banyak orang di sekelilingnya. Realitanya, tak banyak lapisan masyarakat yang memahami penyebab dan dampak dari penyakit tersebut. Oleh karena itulah, drama Korea ada. Untuk meningkatkan awareness masyarakat, untuk menyadarkan masyarakat bahwa hal tersebut nyata. Bukan untuk dihindari dan dilecehkan, melainkan diobati dan diterima.






 









. . .

Kecintaan dan ketertarikanku terhadap Korea mungkin tidak biasa, bahkan mungkin dianggap biasa-biasa. Bisa saja kusebutkan berbagai hal yang membuatku tertarik terhadap Korea. Entah keseharian, kebudayaan, makanan, tren berpakaian, lagu, ataupun hal lainnya yang turut menjadi gandrungan masyarakat pada umumnya. Tapi, bukan itu fokus utamaku dalam menuliskan ini. Kecintaan dan ketertarikanku terhadap Korea, bermula dan berakhir pada satu hal. Drama Korea.

Karena dari drama Korea-lah, aku mencoba menikmati kue dengan krim tersebut secara utuh. Tidak hanya menikmati krim berupa deretan hal yang kusebutkan barusan, namun juga turut menikmati rasa kue dan selai yang ada di sela-sela kue tersebut. Menikmati hal-hal yang mungkin luput dari perhatian semua orang, namun mampu membuat kecintaan dan ketertarikanku kepada Korea semakin dalam.

Karena dari drama Korea-lah, aku belajar mencintai Korea dengan sederhana. Bila dengan rasa krimnya saja kita sudah bisa mencintai Korea sebegitu sangatnya, seberapa dalam cinta kita bila kita mampu menikmati kuenya secara utuh?

No comments:

Post a Comment