K O R E A
.
Satu
kata, beragam persepsi. Akan ada begitu banyak jawaban ketika ada pertanyaan
“Apa yang kamu favoritkan dari Korea?” muncul. Segelintir orang akan langsung
mengacungkan berbagai poster dan pernak-pernik boyband dan girlband
favoritnya. Sebagian lainnya, akan memamerkan gaya berpakaian mereka yang tak
pernah terlambat mengikuti tren dari Negeri Ginseng ini. Beberapa yang lain,
mungkin akan langsung bercerita mengenai seluk-beluk keseharian dan kebudayaan
Korea, berbangga diri karena paham dengan keseharian dan kebudayaan negeri
favoritnya.
Begitu
banyak persepsi dan preferensi ketika berbicara mengenai Korea. Begitu banyak
hal yang bisa menjadi favorit pribadi ketika membahas Korea. Grup idola, tren
berpakaian, sejarah kebudayaan, makanan, hingga kehidupan masyarakat pada
kesehariannya. Namun, pada kesempatan kali ini, biarkanlah aku menyampaikan
persepsiku mengenai Korea. Bukan berfokus pada grup idola, tren berpakaian,
ataupun mengenai sejarah dan kebudayaannya. Tapi, lebih kepada satu hal yang
membuatku belajar mengenai Korea secara keseluruhan. Satu hal yang memberikanku
banyak pelajaran lebih dari apa yang terlihat.
Drama
Korea.
/1/
Menurutku,
menonton drama Korea dapat diibaratkan seperti melahap sebuah kue berlapis
krim. Ketika kue tersebut masuk ke dalam mulut, rasa yang paling dominan
menguasai indera perasa kita adalah rasa dari krim kuenya. Dalam drama Korea,
krim itulah yang pada akhirnya menjadi perhatian utama dari drama tersebut.
Plot cerita, adegan romantis, pemandangan yang indah, dan yang paling penting,
aktor yang tampan dan aktris yang cantik. Nggak
terhitung kan, berapa banyak
orang yang menyukai drama Korea karena hal-hal yang kusebutkan di atas? Entah
karena ceritanya menarik, banyak adegan romantisnya, atau bahkan hanya karena
aktor/aktrisnya enak dilihat? Hayo, ngaku…
Memang,
aku pun tak memungkiri bahwa krim kue tersebut juga turut menjadi perhatianku
ketika menonton drama Korea. Namun, alih-alih hanya menikmati krimnya, ada
citarasa dari kue tersebut yang juga kunikmati. Rasa yang memang tak terlalu
dominan bila dibandingkan dengan rasa krimnya, namun mampu bersatu padu
sehingga membuat kenikmatan kue tersebut lengkap. Jadi, bersiaplah, karena aku
akan menjelaskan rasa kue yang sudah kucicipi dari berbagai drama Korea!
Pertama, aku
sangat tertarik dengan drama Korea karena aku mengamati bahwa sebenarnya drama
adalah alat strategi Promotion Marketing
yang sangat berpengaruh. Sebagai seorang mahasiswa yang berkecimpung dalam
Fakultas Ekonomi, sudah tidak asing lagi bahwa Marketing Mix (khususnya Promotion)
sangat krusial dalam memasarkan suatu produk. Dari drama Korea-lah, puluhan
bahkan ratusan produk telah berhasil melambung berkat kemunculannya dalam alur
cerita.
Ada
beberapa drama yang akan aku ceritakan sebagai contoh. Sebut saja, drama webseries Seventh First Kisses yang
diproduksi oleh Lotte Duty Free Shop. Secara kasat mata saja, kita sudah bisa
melihat bahwa drama ini dijamin memiliki rasa krim yang enak. Bagaimana tidak,
ada tujuh aktor tampan dan terkenal yang turut berperan dalam drama tersebut!
Selain sukses melelehkan hati sebagian besar kaum hawa di Bumi ini, Lotte Duty
Free Shop pun berhasil menerapkan strategi marketing yang tepat untuk memasarkan produk mereka. Well done, Lotte…
Selain
itu, ada juga produk yang berhasil melambung berkat kesuksesan kisah Kang Chul
dan Oh Yeon Joo dalam drama W-Two Worlds. Produk apakah itu?
Benar sekali. LINE Webtoon. Kisah
cinta antara Kang Chul si tokoh webtoon dan
Oh Yeon Joo si anak-dari-komikus-yang-kebetulan-ditarik-Kang-Chul berhasil
mendongkrak jumlah pembaca LINE Webtoon
di seluruh dunia. Dan masih berhubungan dengan LINE Corporation, yang juga sukses mendongkrak tingkat pengguna aplikasi
LINE di berbagai belahan dunia melalui drama lainnya. Drama apakah itu? Benar
sekali. My Love from the Star. Bila kita perhatikan, komunikasi antara
Cheon Song Yi dan Do Min Joon didominasi oleh aplikasi LINE, bertabur stiker
lucu yang digunakan Cheon Song Yi. Dan tahukah kalian, berkat My
Love from the Star, LINE mengalami peningkatan unduhan aplikasi hingga
60 juta kali, membuatnya menjadi aplikasi tertinggi nomor sembilan dalam China
App Store. Lihat? Inilah salah satu hal yang membuatku sangat tertarik dengan
drama Korea. Karena dari drama Korea-lah, aku bisa mengamati berbagai strategi marketing yang unik dan beragam.
Yang kedua, masih berhubungan dengan poin pertama, aku belajar bahwa drama Korea pun menjadi alat promosi yang sangat berpengaruh terhadap pariwisata Korea. Sebagai mahasiswa ekonomi yang mengambil studi kepariwisataan, aku paham bahwa pariwisata adalah aspek yang sangat penting bagi penerimaan devisa negara. Dengan peningkatan wisatawan domestik maupun mancanegara, devisa negara pun turut mengalami peningkatan. Oleh karena itu, terlepas dari adanya intensi atau tidak, ada begitu banyak pariwisata Korea yang terkenal berkat kemunculannya dalam drama Korea.
Sebut
saja, pantai Jumunjin di ujung wilayah Gangneung yang menjadi terkenal berkat
kemunculannya dalam drama Goblin.
Alasannya sederhana. Karena pantai Jumunjin adalah tempat pertemuan pertama Ji
Eun Tak dengan Kim Shin, ketika Eun Tak meniup lilin. Atau, Hanmi Bookstore di Incheon yang terkenal
berkat catnya yang berwarna kuning cerah. Berkat Goblin, jumlah pengunjung naik lebih dari sepuluh kali lipat selama
akhir pekan dan tiga kali lipat di hari biasa. “Setelah drama ini (Goblin,
red), banyak pengunjung dari negara asing juga,” kata Jang Won Hyek, pemilik
Hanmi Bookstore, dikutip dari situs tribunnews.
Seperti
poin pertama, kemampuan drama Korea untuk meningkatkan pariwisata Korea juga
turut menjadi aspek yang membuatku sangat tertarik dengan drama Korea. Bukan
hanya meningkatkan penjualan melalui promosi produk, namun juga mampu
meningkatkan devisa negara melalui promosi kepariwisataan di Negeri Ginseng
tersebut. Citarasa kue yang sangat mengundang, dilapisi dengan olesan krim yang
memikat dan menggoda. Well done,
Korea…
/2/
Masih
dengan perumpamaan melahap sebuah kue berlapis krim. Bila di bagian pertama aku
berfokus pada rasa dari kue tersebut, bagian kedua ini adalah rasa dari selai
yang ada diantara lapisan kue itu. Sangat minoritas, bahkan kadang tak terasa
bila dibandingkan dengan rasa krim ataupun rasa kuenya. Namun kembali, meski
kadang tak terasa, rasa selai ini jugalah yang melengkapi kelezatan kue
tersebut. Tanpanya, tak akan lengkap. Sama seperti aku tanpamu… #hadeuh
Yang
pertama, aku sangat menikmati drama Korea karena drama mengubah persepsi
masyarakat mengenai legenda dan mitos yang ada. Legenda dan mitos yang terkesan
buruk diubah menjadi sesuatu yang nyaman untuk dibayangkan. Sebut saja, legenda
rubah berekor sembilan yang bernama Gumiho.
Dari persepsi binatang buruk rupa yang terlihat ganas, drama Korea mampu mengubahnya
menjadi sesuatu yang tampan dan cantik. Tidak percaya? Tontonlah kisah Kang Chi
si manusia setengah gumiho di Gu
Family Book. Masih kurang? Mari, ikutilah cerita Dae Woong dan Mi Ho di
drama My Girlfriend is a Gumiho. Dan aku bisa menjamin, persepsi
binatang buruk rupa tersebut akan berganti menjadi senyuman manis khas Shin Min
Ah. Hayo, jadi penasaran, kan…
Selain gumiho, berbagai mahkluk mitos lainnya
pun sukses berganti rupa. Seperti contoh, Goblin dan Grim Reaper yang terkesan
menyeramkan mampu berganti rupa menjadi tampan berkat Kim Shin dan Wang Yoo di
drama Goblin. Masih dengan Grim
Reaper, yang juga berhasil dipermak menjadi pemuda bermotor keren di kisah
perjalanan spiritual 49 Days. Hantu perawan, yang
terkesan horror berhasil ‘terlihat’
cantik berkat Arang di drama Arang and the Magistrate (jelas
cantik, yang main kan, Shin Min Ah!).
Terakhir, Alien, yang semula berkepala besar dan berwarna hijau, berubah rupa
menjadi dosen fashionable di film My
Love from the Star. Begitu banyak mahkluk legenda dan mitos, yang pada
akhirnya berubah rupa berkat kemunculan drama Korea. Dan dampaknya, jadi begitu
banyak K-drama lovers yang akhirnya
mendamba kisah cinta dengan mahkluk semacam itu. Jodoh dengan manusia saja
belum dapat, gimana mau dengan
mahkluk mitos? Bisa-bisa, kisah cintamu yang lama-lama jadi mitos... #hadeuh
Yang
kedua, aku sangat menikmati drama Korea karena drama membuat citra suatu
profesi menjadi sangat menarik untuk dijalankan. Hayo, siapa yang langsung bertekad untuk menjadi dokter begitu
melihat aksi Yoo Hye Jung dan Hong Ji Hong di drama Doctors? Angkat tangan! Hmm..
bagus, aku melihat tangan-tangan yang terangkat. Pertahankan semangatnya! #apasih
Aku akan
memberikan contoh beberapa drama yang sudah memikatku karena citra profesi yang
begitu menarik. Contohnya, profesi jaksa dan pengacara yang begitu menantang
berkat kisah Park Soo Ha, Jang Hye Sung dan Seo Do Yeon dalam lingkungan
peradilan di drama I Hear your Voice. Berkat alur cerita yang menegangkan dan
penuh intrik, drama ini cukup memberiku pemahaman bahwa profesi lingkungan
peradilan adalah profesi yang asyik sekaligus menantang. Atau, ketika aku
belajar memahami beratnya menjadi pemimpin negara dari kisah Jae-Ha di drama King
Two Hearts. Begitu beratnya mengurus sebuah negara, apalagi ketika gebetan-mu adalah warga negara dari
tetangga yang hubungannya kurang harmonis. Hidup ini berat, bung…
Yang
lain, saat aku melihat bahwa menjaga perdamaian dan berbakti kepada negara bisa
menjadi sesuatu yang keren melalui drama… bisakah kalian tebak melalui drama
apa? Benar sekali. Descendants of the Sun. Disaat nasionalis dianggap tidak keren
oleh persepsi masyarakat, Kapten Yoo Si Jin datang dan mengubah semua itu.
Bukankah drama Korea sangat keren? Karena citra profesi ini pulalah, aku
belajar memahami dan menghargai tiap profesi. Memahami tiap kesulitan dan
tantangannya, sehingga membentukku menjadi pribadi yang lebih toleran terhadap
sesama.
Yang ketiga dan terakhir, ada pelajaran mengenai isu-isu minoritas yang bisa aku dapatkan dari drama Korea. Isu-isu yang kadang terabaikan, namun nyata adanya dalam masyarakat. Ada dua drama yang akan aku gunakan untuk mewakili poin terakhir ini.
Drama
pertama, adalah Hyde Jekyll and Me yang mengulas kisah Koo Seo Jin, Robin dan
Jang Ha Na. Bisakah kalian menebak arah pembicaraanku? Benar sekali. Aku
membahas kisah mengenai mereka yang mengalami Dissociative Identity Disorder, atau sederhananya, kepribadian
ganda. Tak banyak kisah kepribadian ganda yang terangkat di masyarakat, selain
kisah Sybill pemilik 16 kepribadian atau kisah Billy si pemilik 24 kepribadian.
Dengan adanya drama Hyde Jekyll and Me ini, isu kepribadian ganda terkait penyebab
dan dampaknya dapat lebih disosialisasikan, sehingga meningkatkan awareness dan kepedulian masyarakat.
Drama
kedua, adalah kisah antara Kim Je Ha dan Go Anna di drama The K2. Bukan berfokus
pada profesinya ataupun alur ceritanya, melainkan pada penyakit yang diidap
oleh keduanya. Dimana Kim Je Ha diceritakan mengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), dan Go Anna diceritakan
memiliki Social Phobia. Jelas
terlihat, bahwa penyakit tersebut membuat keduanya menderita. Kim Je Ha tak
mampu merasakan nyenyak dalam malam-malam tidurnya, karena dihantui oleh
kematian kekasihnya. Anna, tak nyaman bersosialisasi dengan orang lain,
membuatnya hidup terasing meski banyak orang di sekelilingnya. Realitanya, tak
banyak lapisan masyarakat yang memahami penyebab dan dampak dari penyakit tersebut.
Oleh karena itulah, drama Korea ada. Untuk meningkatkan awareness masyarakat, untuk menyadarkan masyarakat bahwa hal
tersebut nyata. Bukan untuk dihindari dan dilecehkan, melainkan diobati dan
diterima.
. . .
Kecintaan
dan ketertarikanku terhadap Korea mungkin tidak biasa, bahkan mungkin dianggap
biasa-biasa. Bisa saja kusebutkan berbagai hal yang membuatku tertarik terhadap
Korea. Entah keseharian, kebudayaan, makanan, tren berpakaian, lagu, ataupun
hal lainnya yang turut menjadi gandrungan masyarakat pada umumnya. Tapi, bukan
itu fokus utamaku dalam menuliskan ini. Kecintaan dan ketertarikanku terhadap
Korea, bermula dan berakhir pada satu hal. Drama Korea.
Karena
dari drama Korea-lah, aku mencoba menikmati kue dengan krim tersebut secara
utuh. Tidak hanya menikmati krim berupa deretan hal yang kusebutkan barusan,
namun juga turut menikmati rasa kue dan selai yang ada di sela-sela kue
tersebut. Menikmati hal-hal yang mungkin luput dari perhatian semua orang,
namun mampu membuat kecintaan dan ketertarikanku kepada Korea semakin dalam.
Karena
dari drama Korea-lah, aku belajar mencintai Korea dengan sederhana. Bila dengan
rasa krimnya saja kita sudah bisa mencintai Korea sebegitu sangatnya, seberapa
dalam cinta kita bila kita mampu menikmati kuenya secara utuh?
No comments:
Post a Comment