Monday, April 25, 2016

CHOICE : Against the Stream



“Hidup ini tidak adil,” gerutunya sambil menghela napas.

Aku hanya terdiam memandang kejauhan. Tempat ini merupakan tempat favorit kami. Diatas bukit ini, kami bisa memandang jauh hingga batas cakrawala. Hijaunya dedaunan terhampar sejauh mata memandang. Sungai besar mengalir di sebelah kiri bawah, alirannya cukup deras. Matahari memancarkan sinarnya yang hangat. Tempat yang sempurna untuk mengasingkan diri dari hiruk-pikuk realita, batinku.

Ia melanjutkan. “Terkadang, sepertinya aku tak mendapat apa yang sepantasnya kudapatkan. Aku sudah berbuat baik, melayani-Nya, bahkan aku tak mengikuti ajakan teman yang kutahu itu menjerumuskan. Tapi apa yang kudapat? Memang benar bahwa mengikuti aliran lebih mudah daripada melawan,” sahutnya.

Aku menunjuk sungai dikiriku. “Apakah kau tahu kira-kira kemana aliran sungai itu pergi?”

Ia menaikkan alisnya. “Aku tidak tertarik akan hal seperti itu. Sepertinya aku tidak menemukan korelasi antara apa yang kukatakan dengan responmu,” dengusnya.

Aku tertawa. “Itu pertanyaan retoris, kawan. Sesungguhnya kemanapun aliran itu pergi, ia akan selalu pergi ketempat yang lebih rendah. Bukankah memang begitu sifatnya? Bagaimanapun, aliran tidak akan pernah membawa kita ketempat yang lebih tinggi. Aku mencoba mengikuti apa yang kau katakan,” jawabku.

Ia memungut batu disampingnya, lalu melemparkannya. “Aku hanya berusaha melihat realita yang terjadi. Apa yang kudapatkan dengan melawan aliran dalam sungai duniawi ini? Jangan bayangkan bahwa aliran itu tenang. Aku merasa seperti memanjat sebuah air terjun tanpa batas,” katanya.

Aku tersenyum. “Sebenarnya, semua tergantung pada apa yang kita pilih. Tidakkah kau bayangkan bahkan kenyataan pun bergantung pada apa yang kita persepsikan? Itulah mengapa tiap orang menghadapi realita yang berbeda-beda, sebagaimana persepsi mereka mengartikannya. Ketika kau memilih untuk memandang dari sisi yang memberatkan, kau akan merasa berat. Begitu pula sebaliknya.

Aku terdiam sebelum melanjutkan,
“Daripada memandang air terjun yang ada dihadapanmu, tidakkah kau pernah mencoba memandang dari sisi yang lain? Aku tahu, segalanya akan terasa berat di awal, itu wajar. Tapi, ketika kau sudah mampu melewati masa itu, maka kau akan terbiasa dan bahkan menganggap itu normal. Mungkin dapat kuilustrasikan kau sudah berhasil melewati terjangan air terjun itu, dan sekarang kau merasa melewati aliran sungai yang pelan meskipun derasnya aliran tetap sama. Alah bisa karena biasa, ingat? Aku kira hal tersebut jauh lebih berharga ketimbang apa yang kau dapatkan ketika mengikuti aliran. Hei, bayangkan. Hidupmu hanya mengalir mengikuti arus! Hidupmu tidak akan pernah menuju ke tempat yang lebih tinggi, namun selalu turun kebawah, apa enaknya?” jelasku.

“Tapi kalau begitu, apa yang bisa kudapatkan setelah itu? Apa aku mendapat sesuatu?”

Aku tertawa. “Tidakkah kau lihat bahwa ketika kau sudah mampu melewati beratnya melawan arus tersebut, kau sudah berada dalam posisi yang lebih tinggi dari mereka yang mengikuti arus? Dan ketika ada badai, kamu jauh lebih kuat. Air terjun tersebut menempamu hingga batasmu, sehingga badai pun tak akan mampu menghempaskanmu. Bukankah itu sesuatu yang sangat berharga? Kau hanya bisa mendapatkannya bila berani mengambil langkah untuk tak mengikuti arus duniawi,” kataku.

Ia hanya terdiam. Senyum tipis terlukis di wajahnya. Sepertinya ia sudah mendapatkan jawaban atas kegelisahannya. Aku terdiam memikirkan kata-kataku kembali. Memang benar, semua kembali pada pilihan. Apakah kita mau mendobrak arus, meskipun hal tersebut seakan menantang air terjun tanpa batas? Apakah kita mau berfokus pada proses, bukan pada hasil yang didapatkan? Pilihan kembali pada kita. Karena sekali lagi, kenyataan bukanlah sebagaimana mestinya, namun bergantung pada persepsi semata. Dan persepsi, ditentukan oleh pilihan yang kita ambil. Termasuk, ketika kau memutuskan untuk bersama denganku hingga akhir tulisan ini. Semoga setidaknya aku bisa memberimu sedikit bahan pemikiran dalam batinmu. Semoga.

No comments:

Post a Comment