Friday, April 24, 2015

Sebuah Perumpamaan Hidup



Banyak orang yang membuat perumpamaan tentang kehidupan. Namun, diantara semua perumpamaan itu, Saya merasa setuju dengan sebuah perumpamaan hidup yang diutarakan oleh Pendeta yang berkhotbah di gereja beberapa waktu yang lalu. Saya akan mencoba menyampaikan perumpamaan tersebut dengan bahasa Saya sendiri, serta makna yang saya tangkap.

Beginilah kisah dari perumpamaan tersebut..


Hidup diumpamakan sebagai seorang suami yang memiliki empat istri. Tentu, sang suami sangat mencintai keempat istrinya, dan kehidupan mereka sangat berbahagia. Hingga suatu saat, 

“Wahai lelaki yang berbahagia, sungguh kini maksud kedatanganku adalah karena waktumu didunia ini sudah habis. Kini, aku ditugaskan untuk menjemputmu.”

Datanglah seorang malaikat maut, menjumpai sang suami yang sedang termenung di teras rumahnya pada suatu malam. Sang suami kontan terkejut, dan dirinya sangat tidak siap menghadapi kematian yang sudah didepan mata. Maka ia pun berkata,

“Malaikat, ijinkanlah aku untuk mengucapkan perpisahan pada istri-istriku. Tentu mereka akan sangat bersedih bila kutinggalkan tanpa pesan apa-apa.”

Dan iba lah hati sang malaikat maut tersebut. Maka, ia pun mengijinkan, dengan satu syarat. “Setengah jam dari sekarang, hendaklah dirimu bersiap-siap wahai manusia. Karena pada saat itulah aku akan datang kembali padamu,” Katanya.

Sang suami pun berterimakasih. Dan tanpa membuang waktu lagi, ia mendatangi satu persatu istrinya. Dimulai dari istri yang paling dicintainya, yaitu istri keempat. Ia pun memanggil istri keempatnya, dan berkata,

“Sayang, mungkin apa yang aku katakan ini tidak masuk akal, namun percayalah bahwa apa yang kukatakan adalah benar. Waktu kematianku sudah dekat, Sayang. Dan, aku ingin meminta, maukah kamu mati bersamaku, menemaniku bersama ?” 

Ia merasa sangat yakin bahwa istrinya pasti akan menyanggupi permintaannya, namun tak diduganya, istrinya menggeleng dengan kuat seraya berkata, “Apa ? Mati bersamamu ? Tidak ! Apa maksudmu mengajak saya mati bersama ?! Tidak, saya tidak sudi sama sekali !” Sahutnya kasar sambil bangkit berdiri meninggalkan suaminya. 

Dengan sedih, sang suami menyadari bahwa istri yang sangat dicintainya ternyata tidak mencintainya sepenuh hati. Dan, akhirnya ia menjumpai istri ketiganya, mengajukan pertanyaan yang sama dengan sebelumnya.

“Cintaku, waktu kematianku sudah dekat. Mungkin kamu memang tidak percaya, namun apakah kamu mau mati bersama-sama dengan aku ?” Tanya sang suami dengan penuh harap. 

Namun lagi-lagi, sang suami harus menelan kekecewaan karena istri ketiganya menjawab dengan ketus, “Aku tidak sudi mati bersamamu. Namun, tenang saja, aku akan mengantarkanmu sampai kau berada di kamar jenazah” Sahutnya lalu pergi meninggalkan sang suami.

Dengan sedih, sang suami datang ke istri keduanya, dan kembali bertanya. Jawaban yang hampir sama, namun tetap saja mendukakan hati sang suami ini. 

“Ya, Pak. Aku akan mengantarkanmu sampai ke kuburanmu saja ya. Namun untuk mati, aku tidak akan mau. Bagus kan, aku sudah mengantar sampai ke kuburan.” Dan lagi, istri kedua ini meninggalkan sang suami. 

Sekali lagi, hati sang suami remuk redam karena ternyata selama ini istri-istri yang dianggapnya mencintainya ternyata tidak mencintainya sepenuh hati. Ditengah keputusasaan itu, dia teringat akan istri pertamanya. Dan, pergilah ia mendatangi istri pertamanya itu.

Terlihatlah istri pertamanya. Berbeda dengan istri-istri yang sebelumnya, dia terlihat tua dan kerut-kerut mulai muncul di wajahnya, namun sorot matanya halus. Sang suami sudah lupa akan istri pertamanya ini, karena terlalu fokus dengan istri-istrinya yang lain. Dengan lirih, ia bertanya akan pertanyaan yang sama, yang sudah ia ajukan tiga kali berturut-turut. 

Mendengar hal itu, sang istri hanya terdiam, dan tanpa diduga memeluk sang suami. Sang suami yang kaget dengan reaksi istrinya, hanya terdiam. Istrinya terus memeluknya, dan perlahan ia berbisik ditelinga suaminya, “Suamiku, kemanapun kamu akan pergi, tenanglah, karena aku akan terus berada bersamamu.”

. . . .

Istri keempat melambangkan HARTA. Begitu banyak didunia ini yang mencintai harta, bahkan melebihi dirinya sendiri. Tak dinyana harta menjadi sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini. Namun pernahkah kita berpikir, bahwa harta fana sifatnya ? Tidakkah kalian menyadari, bahwa harta sebanyak apapun tak akan menyertaimu ketika engkau meninggal ? 

Istri ketiga melambangkan TUBUH JASMANI. Ratusan orang menghabiskan berjuta-juta hanya untuk perawatan sana-sini, menghabiskan lebih banyak lagi untuk operasi plastik, yang sebenarnya menunjukkan bahwa ia tak mensyukuri berkat yang sudah diberikan Tuhan padanya. Namun, pernahkah kita merenungi bahwa benarkah tubuh kita merupakan yang terpenting didunia ini ? Tidakkah kalian menyadari, bahwa sesempurna apapun tubuhmu, akan berakhir di dalam kamar jenazah, dan membusuk di dalam liang kubur ? 

Istri kedua melambangkan TEMAN, KERABAT, dan KELUARGA. Mungkin memang mereka lah yang mewarnai kehidupan kita, menjadikan kita seperti sekarang ini. Namun, tidak ada yang abadi didunia ini. Teman, sahabat, kerabat, bahkan keluarga tidak akan bisa menemanimu dalam kematian. Mereka, hanya akan mengantarkanmu sampai ke liang kuburmu.

Dan istri pertama, melambangkan ROH yang ada dalam tubuh kita. Roh yang membuat kita hidup, roh yang membuat kita berbeda dari mahkluk ciptaan lainnya. 

Pernahkah kita merenungi bahwa, kita melupakan roh kita ? Berapa banyak diantara kita yang seakan lupa dengan kepentingan roh kita dan lebih mengutamakan kepentingan daging ? Berapa banyak diantara kita, yang melupakan makanan rohani kita, dan hanya mengutamakan kepentingan jasmani ?

Ini menjadi suatu perenungan bagi kita bahwa, dibalik semua hal yang fana itu, roh kita lah yang akan terus ada bagi kita, terus sampai kita menjumpai kematian, dan roh itu pula lah yang akan membawa kita menuju tujuan akhir kita, yaitu bertemu dengan Sang Pencipta yang Maha Kuasa, untuk bersama dengan-Nya dalam kehidupan yang kekal.

No comments:

Post a Comment